PART II
Lanjutan Part I
Lanjutan Part I
“Ya Allah Za, kamu
itu yah beda banget sama Kak Fariz. Kamu itu tidak menghargai waktu, tidak disiplin,
ceroboh pula. Belajar dong disiplin nak, kamu itu cewek” mama membantuku
merapikan buku dan menyiapkan sarapan untukku sembari menungguku mandi
“iya Mama.. iza
bakal kayak Kak Fariz, iza bakalan disiplin terus bakalan gak gini mah” aku
keluar dari kamar mandi lalu melihat jam “ya allah mah, iza telat” aku menutup
mukaku dengan tas dan duduk di kursi belajar
“Iza menghargai
waktu juga perintah Allah, menghargai waktupun dapat pahala” mama memasukan
buku kedalam tas
“mah jadi Iza
kurang beriman, kenapa Iza berbeda dari Mama, Papa juga Kak Fariz.. iza di
kasih makan apa sih ma, beda yah ama kak Fariz” aku menindih buku dengan kepala
di atas meja belajar
“Ya Allah iza, kamu
udah gede masih ajah nanyain hal yang kayak gitu” jawab mama
“tuh kan, Iza
berbeda..” aku mengambil kerudung di
ujung kursiku
“Za, kamu tidak
berbeda. Hanya saja kamu tidak pernah belajar seperti Kak Fariz” Mama
menasehati
“huh..” aku berdiri
dan bercermin, merapikan kerudungku “Iza itu, ngaji suka telat, sekolah juga,
bangun tidur apa lagi, pelupa lagi.. meuni hirup Iza teh ni... atu da Mamah Iza
harus kayak gimana?” keluhku
“iza begitu saja
kau anggap sesuatu yang sulit, berdoa sama Allah. Tenangkan hatimu dengan
berdzikir dan membaca Al qur’an . siapa sih yang kita inginkan pertolongan
selain Allah” mama merangkul tubuhku
“em iyah ma,
mungkin karena Iza tidak terlalu dekat sama Allah. Jadi Iza begini”
“lah nyadar Za”
suara Kak Fariz dari belakang pintu
“huh Kakak, ikut
campur ih”
“udah cepet
berangkat” mama tersenyum melirik Kak Fariz
Selesai shalat
dhuhur, aku dan Syifa temanku duduk di depan mushala sekolah. Disinilah tempat
yang nyaman untukku berteduh di saat matahari tengah tepat di atas kepala,
tempatnya sejuk di penuhi pohon pohon pula. Menjadikan suasana amat damai,
sering pula aku berhayal bahkan tertidur disini.
“Za lihat itu ada
anak baru” Syifa menepuk pundakku dan menunjukan gadis seumuranku sedang
berdiri di depan gerbang
“ah masa sih,
sekolah kita kan pake kerudung semua. Paling dia nunggu angkot mungkin”
pendapatku
“hah nunggu angkot?
Gak mungkin dong Za dia...” aku langsung memotong pembicaraan Syifa “lagian
Syifa mau dia anak baru apa lama masalah buat kamu gitu, biarin dong. Ayolah
kita ke kelas, bentar lagi masuk” aku menarik lengan Syifa, nampaknya ia masih
tetap melihat gadis di gerbang itu. Dia memang temanku yang paling ingin tahu
ke orang baru atau sesuatu yang baru.
Sepulang sekolah
aku mampir dulu ke rumah Syifa, karena kita berdua berencana belajar bersama di
rumahku. Padahal rumah Syifa hanya berjarak beberapa rumah saja dari rumahku,
tapi dia tidak pernah berani buat keluar sendiri. Apa lagi setiap pagi, siang,
sore dan malam disini sangat sepi. Tambah lagi ada banyak sekali berita di TV
menayangkan pelecehan pada wanita dan perampokan. Sebenarnya aku juga takut
akan berita berita yang tersebar tersebut, tapi aku yakin aku tidak akan
mengalaminya jika aku mampu membela diri dan pastinya akan terhindar jika diri
kita tidak mengundang keniatan jahat dari orang lain.
“Mama, Syifa
kerumah Iza yah” izin syifa sembari mencium mamanya
“pamit yah Bu”
pamitku pada mama Syifa
“iyah”
Di jalan kita
berdua bergurau sambil menendang nendang botol air mineral, aku dak syifa
memang seperti ini. Tidak mau tenang jika berjalan, maunya ketawa ketiwi,
cekikak cekikik tidak jelas. Ketika sedang asyiknya bercanda, syifa
menghentikan langkahnya. Ia menunjukan gadis yang kita lihat tadi di sekolah,
syifa menghampiri gadis itu dan entah berbicara apa, aku segera lari dan
mendekati Syifa dan gadis itu
“anak baru yah?”
tanyaku pada gadis cantik, berperawakan tinggi dan putih itu
“iiyah” jawabnya
dengan melemparkan senyuman
“oh, aku penasaran
ih sama kamu. Nama kamu siapa?” Syifa menangkis
“Tatia yah” aku
menebak
“gak pake ta” jawab
dia “aku Tia, pindahan dari Jakarta. Itu rumahku disana, aku juga mau sekolah
disekolah kalian, tadi sempat juga aku lihat kamu dan kamu” sembari menunjuk
aku dan Syifa “aku pengin ih punya teman, biar gak bete dirumah. Kan yah gak
asyik” jelas dia
“o gitu, kita siap
jadi temen kamu” jawabku
“hiya tul” sahut
Syifa setuju “eh mau ikut gak nih kerumah Iza, kita maen bareng” ajak Syifa ke
Tia
“em Iza siapa ya?”
tanya Tia bingung, iya yah kita berdua lupa kalau Tia belum tau nama kita
“ini aku Iza”
ucapku menunjukan muka “nah ini Syifa” aku menunjuk hidung Syifa
“tuloh ..” ketus
Syifa
“oh iyah, kalian
berdua lucu ih” Tia cekikikan lirih
“ya pasti dong, ayo
cepet kerumah” aku mengajak Tia dan Syifa melanjutkan perjalanan ke rumahku,
hatiku merasa bahagia kini aku telah mendapatkan teman baru lagi. Ku lihat Tia
anak baik, sopan, cantik pula. Mudah mudahan selama dia jadi temen aku dia
seneng dan bisa nerima semua kekuranganku,seperti Syifa. Amin..
“Assalamualaikum
mah..”
“waalaikumsalam, Iza
tumben ngajak Syifa” menengok Tia “eh.. neng geulis, siapa itu Za?” tanya Mama
sembari membantuku melepaskan
“kenalin Mah, itu
Tia namanya. Cantik yah ma” ucapku sembari melepas sepatu
“oh Tia, ya sudah
cepat masuk nak. Ajak temen temenmu makan bareng, mama masakin tumis kangkung
lo”
“asyikkk.. hayu Fa,
Tia” kita bertiga berjalan beriringan menuju ruang makan, mama mengikuti dari
belakang.
“ayo makan dulu ah,
hayu Tia jangan malu malu. Mama Iza baik kok” syifa menarik tangan Tia, Tia
masih terlihat malu. Mukanya masih di umpet umpetin, ya memang beginilah kalau
baru kenal, sama seperti Syifa dulu waktu baru ngenal aku.
Selesai makan kita
bertiga membantu mama membereskan meja makan, dari sini Tia sudah terlihat
menyesuaikan dirinya dengan kami. Dia juga sepertinya tipe gadis yang suka
membantu, dia sudah mulai ngobrolin sana sini dan lempar tanya jawab tentang
apa aja dengan kami.
“Kalian biasa
berkerudung ya?” tanya Tia saat merapikan rambutnya
“dari kecil memang
aku sudah di ajari memakai kerudung, karena aku hidup di tengah keluarga yang
mayoritas Islamnya kuat” jelas Syifa
“memangnya tidak
panas ya?” tanya Tia
“haha.. ya nggak
dong Tia, besok juga kamu harus pakai kerudung di sekolah” sambungku “kerudung
itu juga salah satu pencegah niat jahat dari orang lain, dan juga kan Allah
sudah memerintahkan wanita memakai kerudung” sambungku lagi semmbari berjalan
menuju kamar
“gak gaul amat sih
pake kerudung, kita gak bisa smothing, gak bisa gaya gaya rambut kita. Terus
juga yah gak bisa pake topi” ucap Tia memainkan rambutnya
“kata siapa, aku
bisa gaul kok. Islam tidak melarang wanita untuk berkarya bukan” ucap Syifa
“gak bisa pake
celana pendek dong, gak bisa pake baju seksi seksi dong” ujar Tia menaik
turunkan tangannya mengikuti nada bicaranya
“Tia setiap wanita
atau lelaki yang sudah baligh itu dilarang membuka auratnya, kamu tahu kan kita
itu udah baligh dan sudah wajib menutup aurat kita. Apa lagi sama baju seksi
seksi itu haramlah kalo buat kita mah, gak baik. Dan gak sopan amat.. sopanan
pake baju panjang dan rok panjang, apa lagi kerudungnya juga menutup rambut
kita. Kita akan terlihat indah karena Iman, bukan karena seksi” jelasku
“iyah tul, pake
kerudung itu gak ribet Tia. Coba deh kalo kamu pake kerudung, pasti tambah
cantik” ucap Syifa
“tapi Mama aku ajah
gak pernah pake kerudung, kalo aku pake kerudung dia bakalan ngetawain aku
dong” Tia cemberut
“nah makanya kamu
pake kerudung sekarang, ntar yah kamu ajakin Mama kamu pake kerudung” ucap
Syifa sambil mengelus pundak Tia
“em iya deh”
“tah gitu dong” aku
mengambil mukenah “ayo shalat Ashar dulu, itu udah adzan” ajakku
Air wudhu membasahi
tanganku, menenangkan fikiran dan hati. Allah tidak pernah menyuruh umatnya
untuk melakukan pekerjaan yang sulit dan memakan waktu banyak, Allah hanya
menyuruh 5 waktu kepada umatnya untuk shalat. Tapi kenapa masih banyak umatnya
lupa dan tak peduli padaNYA, padahal Allah selalu mengingat umatnya. Bahkan
sampai tak terhitung berapa umat di alam semesta ini, sayangnya yang mengingat
Allah hanya berapa persen dari yang di ingat dan di pedulikan oleh Allah.
Apalagi manusia zaman sekarang, banyak alasan untuk menjalankan shalat.
Untuk pekerja :
Subuh : tidak
sempat, semalam meeting. Tidur jam 2 bangun jam 6 langsung ke kantor karena di
kejar macet
Dhuhur : lagi rapat
sama clien
Ashar :
menyelesaikan pekerjaan yang di tunda
Maghrib : lagi di
jalan mau pulang
Isya : ketiduran
sampi subuh dan kerja lagi
Untuk pelajar :
Subuh : kesiangan,
buru buru berangkat sekolah. Takut pak satpam nutup gerbang
Dhuhur : ngantuk,
tidur di kelas
Ashar : main ke
mall bareng temen temen
Mahrib : masih di
mall, tanggung lagi milih milih baju
Isya : lagi di
jalan, nyampe rumah langsung update status dan upload foto terus di
sambung tidur
Untuk pengangguran :
Subuh : masih mimpi
indah
Dhuhur : males
Ashar : males juga
Mahrib : bodo amat
Isya : mulai mimpi
indah
(buat bekerja saja
malas, apalagi buat shalat)
Begitulah kira
kiranya sebab umat Islam meninggalkan Shalat, kenapa coba mereka memilih Islam
untuk jadi agamanya. Tapi mereka meninggalkan perintah Tuhannya dan lebih
sering melaksanakan laranganNYA. Islam itu agama yang bagaimana dimata mereka,
apa mereka tidak tahu apa itu Islam atau tidak ingin tahu Islam itu apa. Apa
karena dari orang tua orang tuanya orang tua nenek kakeknya sudah menganut
Islam, jadi nenek kakeknya menurunkan pada anaknya, yang menjadi orang tua
mereka lalu di turunkan ke anaknya, terus anaknya punya anak kemudian di
turunkan lagi. Jadi kesimpulannya islam itu agama keturunan dong buat mereka.
Siklusnya bukan
siklus akuntansi yang akhirnya melaporkan keuangan. Siklusnya yaitu meninggal –
turunkan – meninggal – turunkan – meninggal – turunkan lagi sampai akhir hayat
nanti. Mengapa mereka hanya menurunkan “islam” saja kepada anak cucunya, bukan
ajaran dan tentang apa itu islam. Ya itu, mereka juga hanya dapat islam dari
nenek kakeknya yang tanpa memberitahu apa sih islam itu. Padahal Nabi Muhammad
dan para sahabatnya telah berjuang lahir batin demi memperjuangkan dan
menegakkan agama Islam, tapi mengapa kita sekarang yang hanya tinggal menikmati
hasil ketegaran dan kegigihan mereka mempertahankan islam demi kita, kita malah
acuh kepada Islam yang telah menjadi kepercayaan kita. Mengapa kita tidak
pernah flashback ke masa sebelum Islam berkembang, bayangkan jika kita hidup di
zaman itu. Apa yang akan kita bela, Islam atau apakah??? Jika membela Islam,
mengapa kita sering tidak tahu Allah itu siapa, mengapa menyembahNYA, mengapa
islam yang kita panut, Apa tidak berfikir demikian? sedang kalau tidak membela Islam, mengapa
sekarang memilih Islam untuk jadi agama kita ? islam bukan agama pelampiasan,
karena kita sudah di lahirkan dari orang
yang telah Islam juga. Islam itu butuh keyakinan dari dalam hati kita
sendiri, islam butuh bukti atas janji kita menganut Islam, islampun harus di
turunkan juga dengan ajaran ajarannya, bukan hanya logo islamnya saja.
“kenapa gak wudhu
Tia?” tanyaku ketika melihat Tia tengah duduk di lantai tempat shalat
“ah males ah, besok
ajah” jawab Tia remeh
“eh Tia, shalat itu
wajib. Dosa ngomong gitu, hayu cepet wudhu.. apa kamu nggak bisa wudhu?” tanya
Syifa
“huh aku malu,
jujur yah sebenarnya aku gak bisa shalat, aku gak bisa baca Al Qur’an” tia diam
sejenak mengumpulkan kata kata berikutnya “mama dan papa juga gak pernah
ngajarin aku shalat, mereka juga tidak pernah shalat. Mereka sibuk dengan
pekerjaannya masing masing, jadi sampai sebesar ini aku nggak tahu cara cara
shalat, bahkan wudhupun aku gak tahu” Tia menundukan kepala
“Ya Allah, kasihan banget
aku dengernya” ucap Syifa memelas
“kita mau kok ngajarin
kamu shalat, baca qur’an juga. Nanti setelah kamu bisa, ajarin juga mama papa
kamu. Biar kalian bisa shalat dan baca alqur’an bareng di rumah, shalat itu
juga cara yang tepat untuk mempertemukan satu keluarga yang sibuk pada
pekerjaan masing masingnya” aku merasa prihatin, di zaman yang sudah sangat
modern ini umat Islam tidak pernah mengerjakan shalat, bahkan juga tidak tahu
apa itu shalat. Cup cup cup.. sangat memprihatinkan, yang begini yang
seharusnya kita perhatikan dan ajak untuk memperbaiki islamnya bersama.
Mengajak saudara kita untuk memahami Islam lebih dalam itu juga memperbaiki
islam kita yang juga belum sempurna, ya memang
tidak akan sesempurna Nabi Muhammad. Tapi, menjadikan Islam di diri kita
baik dan bermanfaat bagi kita dan orang lain. Seperti aku, aku yang selalu
mencari tahu mengapa kita Islam? Dari hati kah kita Islam? Dan sepertinya aku
mulai tahu jawabannya, islam itu kepercayaan, kepercayaan adanya di dalam hati.
Selain percaya dalam hati, kita juga harus benar sungguh sungguh akan islam,
kita harus tau tentang rukun rukunnya, dan kepada apa saja kita harus beriman
dan semua poin poin dari semua yang ada dalam Islam itu sendiri. Maka kita akan
memiliki jawaban jika pertanyaan “mengapa memilih Islam?” itu datang.
Seharusnya kita sangat sangat bersyukur atas apa yang telah kita laksanakan
selama hidup setelah tahu agama kita islam dan mengerti maksud islam itu, dan
setelah kita bersyukur tidak seharusnya kita sombong dan merasa mereka yang
tidak tahu islam yang menjadi agama mereka adalah orang yang celaka. Padahal
lebih celaka kita, jika kita membiarkan saudara kita sesama muslim yang
terpontang panting dengan agamanya. Ajak mereka bersama memahami islam, dan
beri dorongan untuk meningkatkan keimanan bersama kita. Jika semua umat Islam
di dunia ini faham apa itu islam, pasti mereka akan selalu berbuat baik dan
tidak pernah membiarkan syetan dan dosa
menggaulinya. Mereka malas untuk shalat, mereka malas untuk membaca
alqur’an, mereka malas untuk berpuasa, mereka malas untuk menyembah Allah ya
karena mereka tidak tahu apa sebenarnya Islam.
“Za, mengapa teman
barumu itu tidak memakai kurudung?” tanya mama setelah shalat Isya
“mah, Iza sangat
bersyukur punya orang tua seperti mama dan papa yang tahu islam itu apa. Jadi
Iza di ajari semua tentang islam, iza sudah tahu mah mengapa mama menyuruh Iza
untuk mencari tahu tentang Islam yang benar benar dari dalam hati” aku berhenti
sejenak “iza kasihan sama Tia, dia nggak bisa shalat, nggak bisa baca alqur’an,
karena orang tuanya gak pernah mengajarkan tentang islam padanya. Orang tuanya
juga tidak tahu tentang islam mah, padahal islam itu agamanya. Pokoknya iza
terharu lah dengernya mah, em.. Iza sama Syifa juga berniat ngajarin Tia shalat
dan membaca alqur’an, iza juga mau kasih tau islam itu apa.. kan yah biar dia
bisa ngasih tau ke orangtuanya juga. Kan kasihan, sudah sebesar itu Tia belum
bisa shalat shalat acan mah” jelasku pada mama, mama tersenyum dan mengangguk
seperti penuh dukungan pada niatku dan Syifa tadi.
“mama sayang kamu
nak, jadilah seorang wanita yang shalehah. Perbaiki kekurangan mama ketika
memberitahu tentang islam padamu, jika besar nanti berikan suguhan yang lembut
dan tulus pada anakmu juga. Mama bersyukur setelah menjadi ibu, alhamdulillah
mama berhasil memberikan sesuatu yang bermanfaat untukmu, mama dan juga papa,
kak Fariz juga pasti bangga punya adik sepertimu Za” mama mencium keningku,
terlihat matanya berkaca kaca penuh kebahagiaan. Aku sangat senang melihat mama
bisa tersenyum karenaku, aku langsung mencium mama dan memeluk erat tubuhnya.
“mah kak Fariz
besok wisuda yah ma?” aku mengganti pembicaraan
“oh kak Fariz sudah
memberitahu yah, katanya mau bikin suprize buat adiknya”
“hah suprize, ah
kak Fariz..” aku tidak pernah menyangka kucing di keluarga ini mau memberi
kejutan buat tikusnya (begitulah kata Papa, menyebut Kak Faris kucing, dan aku
tikus)
“beneran Za, doain
ajah buat kak Fariz. Mudah mudahan setelah wisuda nanti dia bisa dapetin
kerjaan yang baik”
“amin mah, pasti da
Iza doain mah kalo kak Fariz gak ngeledekin Iza terus, Iza kan cape. Sedih
pula, di mata kak Fariz Iza itu kayak gak ada pengetahuannya mah” aku cemberut
“dia bukan karena
benci, itu karena Kak Fariz sayang sama Iza. Kak Fariz pengin deket terus sama
Iza, jadi dengan cara itu dia berusaha akrab sama Iza.” Jelas mama
“sudah jangan
cemberut, kak Fariz janji gak akan ngomong kamu otak plangthon dan bayi lagi,
kakak udah liat kok perubahan kamu selama ini. Kamu itu adik kaka yang paling
cerdas dan cerdik, ternyata kakak salah mengerti kamu Za. Maafin kakak ya Za,
kakak sayang kok ke kamu Za” ternyata kak Fariz menguping pembicaraan aku dan
mama “seuri atuh, tong manyun wae” aku melempar senyuman selebar lebarnya buat
kakak tersayang “tah gitu dong, kan jadi geulis” kakak merayu
“huu naksir ya..”
ledekku
“hah apah?? Naksir
sama otak plangton??” kak Fariz menyernyitkan alisnya
“hem..”
“ahay cemberutnya
lucu, mah mah itu Iza pengin nikah mah” ucap kak Fariz mengelus pundak mama
“ihh kak fariz tuh
yang pengin nikah mama, kemarin juga tidur ngigo nyebut nyebut nama cewek mah”
“ih ngawur, iza mah
yang pengin nikah. Kemarin telfonan minta ke KUA mah.. weeeeeeeee weeeee.. iza
kalah... iza kalahhh...........”
“ih kak fariz, bete
uh bete ihhhhhh..”
“tuh kan mah tuh
tuh mukanya merah, hahaha..” kak fariz tertawa lepas, mama hanya senyum senyum
sembari geleng geleng kepala dan aku ?? on the way kamar
Pagi harinya :
“hei, nunggu lama
yah?” Tia keluar dari rumahnya
ku lihat ada pemandangan yang berbeda dari
diri Tia. Rambutnya telah tertutup rapi oleh kerudung, tubuh yang kemarin aku
lihat tertutup sebagian oleh kain yang di jahit menjadi model baju zaman
sekarang, kini telah berbalut pakaian panjang dan rapi. Di mukanya terlihat
malu bercampur belum bersahabat dengan yang ia kenakan sekarang. Jalannya
sedikit menjinjit karena rok yang ia pakai kurang longgar, cara dia berkerudung
juga belum semua rambutnya terumpat, masih ada sedikit poni yang keluar dari
balik kerudungnya.
“wah cantik banget
Tia” puji Syifa ketika melihat Tia
“ah biasa ajah lah,
hayu ah.. aku nggak sabar nih” Tia menarik lenganku
Kita bertiga
beriringan berjalan menuju Masjid tempat aku mengaji, di jalan Tia bercerita
perasaan dia pertama kalinya memakai kerudung. Bagi dia itulah kali pertama
rambutnya tertutup oleh kain panjang, kali pertamanya dia memiliki semangat
belajar tentang islam denganku dan Syifa. Aku ikut bahagia melihat teman baruku
mau memakai kerudung dan belajar membaca alqur’an.
Baru saja tiba di
Masjid, mama menelfonku. Aku baru ingat kalau jam 10 nanti kak Fariz akan di
wisuda, mengapa aku bisa lupa pada hari penting kakakku sendiri. Aku segera
meminta maaf pada Syifa dan Tia, sebenarnya aku tidak enak hati pergi begitu
saja meninggalkan mereka berdua. Tapi mereka bisa mengerti dan memaklumi
“maafin aku yah,
suwer aku lupa banget. Aku pulang dulu yah, kalian gak papa kan berduaan ajah”
“enggak papa, kita
ngertiin kok. Sampaikan salam yah buat mama dan kakak kamu” ucap Tia
“ok. Makasih yah,
da..... da.....” aku berjalan menuju rumah, jalanku cepatkan karena waktu sudah
menunjukan setengah 10
Penyakit pelupa dan
teledorku kambuh lagi, padahal aku sudah belajar mengobati penyakit membandel
ini. Aku tidak ingin mengecewakan kak Fariz, aku nggak mau membuat hari penting
kak Fariz jadi rusuh karenaku.
“mah, maafin Iza.
Iza lupa banget mah, oya kak Fariz mana? Kak Fariz marah yah ke Iza?” suaraku
terengah engah, karena gugup berlari tadi
“Iza, ayo cepat ganti
bajunya, kak Fariz sudah disana. Ini bajunya” mama memberikan baju padaku
“mah Papa gimana?”
aku diam di depan pintu kamar
“sudah cepat pake bajunya,
mama tunggu di depan”
“iya iya”
Di dalam mobil aku
hanya diam dan memandang jalanan yang macet, mama sibuk dengan ponselnya, Pak supir
menikmati kemacetan, dan aku mulai jenuh dengan suasana hening di dalam mobil.
Aku segera mencari topik untukku jadikan pembicaraan dengan mama, kebetulan
banget ada keributan pengendara sepeda motor di seberang jalan, yup itu topik
pertama.
“mah mah liat tuh
orang ribut” aku menggoyang goyang tangan mama
“keserempet
mungkin” mata mama masih tetap memandang ponselnya
obrolan pertama
gagal, hening lagi. Beberapa saat kemudian pak sopir membuka percakapan
“bu, apa ini tidak
terlambat?”
“oh, sepertinya iya
pak. Di percepat lagi dong pak” suruh mama
“haduh mama, liat
dong macet banget gitu” ucapku
Setelah hampir 2
jam menikmati perjalanan yang mengeluhkan karena macet, akhirnya kita sampai
juga di tempat kak Fariz wisuda. Sepertinya acara sudah di mulai, aku dan mama
segera masuk ke gedung wisuda. Di dalam semua tamu sudah duduk, para wisudawan
dan wisudawati juga tengah di wisuda. Setelah wisuda selesai kami berdua
menghampiri kak Fariz dan mengucapkan selamat padanya, setelah itu kami berfoto
bersama tanpa Papa, karena dia masih di luar kota.
3 bulan kemudian...
“Islam sangat
indah, aku sudah mengerti apa itu Islam di diriku. Sebelum aku mengenal kalian,
aku tidak pernah peduli pada islam. Aku tidak pernah shalat, aku tidak bisa
baca alqur’an. Tapi setelah kalian ada wah banget lah, sip pol pol pol lahh...
aku sayang kalian” ujar Tia setelah mengajak kami berdua makan bersama di
rumahnya
“iya, makasih yah
buat kalian.. tante sangat bangga dan bersyukur Tia sudah berubah jadi lebih
baik, atas kalian Tia bisa ngajarin tante pake kerudung dan membaca alqur’an”
ucap mama Tia
“iya tante, kita
berdua juga seneng banget udah bisa ngajarin Tia. Mudah mudahan semua
bermanfaat yah buat Tia, kita kan saudara. Sesama saudara harus saling
membantu, ya bukan Fa?”
“iya dong Za, kita
seneng punya temen kayak Tia da.. jangan bosen yah ama ulah ulah kita berdua”
syifa memainkan garpu di atas meja
“hahaha” Tia
tertawa “aku berterimakasih banget ke kalian sumpah, aku sayang banget ke
kalian..” tia merangkulku dari belakang
“itu baru sahabat
Tia” ujar mama Tia sembari mengelus kepala Tia
Setelah kisah yang
terjadi dan ku lalui, aku mendapatkan pelajaran banyak dari semua ini. Kini aku
menemukan apa itu Islam yang ada di diri kita, aku bisa mengobati sikap suka
telatku, pelupaku dan teledorku.
Semua itu indah,
menjadikan aku semakin dekat dan selalu berserah pada Allah. Kini terjadi lebih
indah setelah ku miliki sahabat yang mau berubah menjadi lebih baik.
Islam memberikan
sesuatu yang sangat indah jika kita memaknai islam dengan hati kita, bahwa
islam adalah keyakinan dari hati. Bukan karena keturunan kita yang telah
menurunkan islam kepada kita, karena islam bukan agama keturunan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar